Surat kecil untuk dunia

Suatu waktu.
saat semua rutinitas masih seperti biasa.
tertidur,  kemudian bangun,  kembali bekerja.
kemudian tertidur lagi,  bangun,  dan bekerja.
sebuah pola yang harus dijalani setiap harinya.
terkadang, setiap datang waktu ku untuk tidur.
ku baringkan badan lelah ku, ku biarkan seluruh
nafasku hanyut bersama hening nya malam.
menyatu dengan alam, lalu kupejamkan mataku.
mendengarkan orkestra alam yang merdu.
ah indah nya menjadi bebas, tak terbatas, bebas kemana pun kita mau.
kemeja, tas, sepatu hanyalah cover yang menutupi ke egoisan kita sebagai manusia.
cover dari icon perbudakan antara manusia satu dengan manusia lain nya.
cover yang mengkotak kan manusia dengan manusia lain nya.
lantas terkadang terlintas tanda tanya besar di benak ku.
apa yang kita kejar dalam hidup?.
apakah tuhan menciptakan kita hanya untuk bersaing dengan sesama makhluk nya?.
kita hanya hidup sekali.
lahir di kota yang sama.
tumbuh dan besar di kota yang sama.
kemudian sakit di kota yang sama.
mencari nafkah di kota yang sama.
kemudian mati di kota yang sama.
aku selalu penasaran dengan apa yang ada diluar sana.
sudut sudut kota lain.
kebudayaan lain.
bertemu orang asing.
tidak kah kau penasaran seperti apa kehidupan ditempat yang berbeda?
hanya saja aku takut jika waktuku tiba
aku belum pernah melihat dunia.
maka aku rela menggunakan cover ini
untuk mendapatkan kebebasan
dan menjadi manusia seutuh nya
satu tujuanku
melihat dunia

 

PART : DI DALAM BAYANG.


"APA BEDANYA."



ketika dia mengatakan "Apa Bedanya?".

(sambil memain kan alis nya lalu tersenyum.)

(kemudian ia kembali memainkan gitar nya.)

(memainkan lagu yang sama sambil sesekali menatap ke arahku.)

Lalu jika tidak ada bedanya mengapa kau masih 

tetap melakukan hal yang sama?, tanya ku.

begini kita dihadapkan dengan kondisi yang sama.

namun jelas berbeda, aku dengan prinsip ku.

kamu dengan segala prinsip mu, jawab dia.

tapi bukan prinsip seperti itu yang ku harapkan, kamu

belum mengerti sepenuhnya.

hanya saja aku tidak ingin kamu pergi, itu saja, pintaku.

dengarkan aku, (sambil meletak-kan gitarnya). aku lelah berjalan.

aku tidak ingin pergi, kau tau itu, bukan kepergian ku yang akan membunuh mu.

tapi rasa khawatir mu itu yang akan membuatku jauh dari mu.

tapi....memang begitu kenyataan nya, aku tidak ingin begitu.

...........................................................................................................................................

kemudian kita terdiam untuk beberapa saat, mencoba untuk menekan ego.

dan kucoba tatap kedua matanya dan dalam hati berbicara.

mungkin ini adalah waktu terakhir ku melihat nya.





To be continued
 

Melangkah

pagi ini, aku terbangun.
disambut dengan tarian daun.
yang terhempas angin.
ku buka pintu, layaknya kau sudah menunggu.
kupersiapkan untuk mengejarmu.
lalu ketika semua sudah siap.
ku tutup mataku, ku hirup senada dengan hitungan yang akan ku mulai.
1......
2........
3.........
lalu aku mengejarmu.
melewati sungai.
jembatan kayu.
hutan.
jalan setapak.
hingga akhirnya aku terjatuh.
terdengar selintas tawa kecil.
sepertinya alam tertawa padaku.
seolah berkata.
aku hanyalah setitik kecil.
dan berusaha mengejar sebuah bintang.
aku terdiam, seolah mengiyakan ribuan tawa.
aku memang selalu mengejar.
tak pernah mendekat.
tak pernah menyusul.
aku selalu mengejarmu.
melewati sungai.
jembatan kayu.
hutan.
jalan setapak.
tak pernah sekalipun.
melangkah didepan mu.
aku hanya suka mengejar.

karna aku akan selalu berada dibelakangmu.
mengawasimu jika terjatuh atau terbenam.
mengamati sinarmu.
melihatmu dari kejauhan.
tersenyum padamu tanpa kau sadari.
melambaikan tangan.
dan suatu saat nanti.
aku yang ada didepan mu.
bukan untuk dikejar.
melainkan untuk menunggumu.

untuk berlari bersama.

love ya! 😘

 

Dear sky's

Langit...aku lelah mengejar. Aku ingin memaki, aku ingin berteriak, namun aku terlalu takut.
Langit...kau tau dan kau menemani di setiap perjalanan ku, apakah kau pernah mendengar keluhan ku?.
Langit...aku ingin bertahan untuk sebentar saja, aku ingin berhenti, namun juga takut tertinggal.

Langit Aku benci sepi, namun takut di keramaian.
Langit Aku benci gelap, namun takut melangkah ke cahaya.

Langit pernahkah kau sejenak saja memberikan hujan mu?, Aku benci kering, aku benci haus.
Langit bukan kah aku telah meminta hujan?, Karena aku sangat kering, aku sangat haus.

Langit entah sampai kapan angin akan menuntun ku...karena angin hanya berlalu.
Langit jawablah semua pertanyaan ku, kenapa kau hanya terdiam, namun juga tersenyum. Seakan memberikan ku keteduhan ditengah badai.

Langit sudah berkali-kali ku ucap, aku tak sanggup menggapai mu. Memeluk mu, dan menggapai batas horizon mu.

Langit dengarlah aku, aku ingin kau ada di setiap perjalanan ku. Jujur aku masih membutuhkan mu, karena kau langit. Tanpamu sinar matahari akan membakar semua raga ku.

Namun langit, jika matahari membakar raga ku karena kau pergi, aku akan rela.
Sehingga aku dapat menguap dan menjadi langit, sehingga aku bisa mengejar mu dan menggapai batas horizon mu.

 

Uharmonisk Tone


Seakan untaian nada.
yang tak pernah berhenti mengalun-kan setiap bait.
yang tak terucap.
dan tak benyawa.

Bagaikan nada sedih-mu.
aku...adalah bait di setiap luka.
nada yang tak pernah terucap.
suara dalam gema yang kau sebut,
kesepian.

kau bernyanyi, memain-kan nada hampa,
dan lagu yang kau nyanyikan.
merdu....tapi menyakit-kan.
kau tulis setiap bait nya.
merdu.....namun menyakit-kan.

hingga kau tulis aku,
menjadi lagumu.
menyusun setiap tubuh-ku,
dari nada - nada sumbang,
hingga kau tulis aku,
nada yang tak pernah terucap.

kau lantun-kan aku,
lewat nada - nada sumbang-mu.
hingga jadi lah aku,
nada yang tak pernah terucap.
 

être déplacé



dulu, semua terasa seperti dunia hanya milik kita berdua. 
kita tertawa.....tertawa sampai kita berada di dunia kita sendiri.
kita berjalan....berjalan seakan kita berada di lorong waktu.
bahkan.....aku menggengam kedua tangan mu.
memelukmu......seakan malam merindukan cahaya bintang.

aku berkata.... " kita akan seperti ini untuk selamanya"
dan kau pun membalas-nya...."bukan kita yang akan seperti ini untuk selamanya"
kemudian....semuanya menjadi gelap....gelap...seakan menelan cahaya bintang.
aku menjerit....menjerit...namun....hanya sepi yang kudapat.
aku menangis....menangis......se akan terjerat sang waktu.

kemudian....dengan gagah nya kamu berjalan.
menggenggam tangan ku.....kemudian menangis.
kau berkata..."aku lah sang waktu, dan kamu hanyalah setitik harapan"
dia tersenyum......melepaskan genggaman-nya.
kemudian berlari....menjauh....menghilang dalam pekatnya kegelapan.
aku mengejar-nya.......mencoba menangkapnya....apakah aku berhasil.
bayang.....hanya bayang nya saja yang kudapat.
kucoba lepaskan....namun....bayang-nya selalu menghantui.

memenuhi setiap ruang di otak-ku.
memenuhi setiap darah di tubuh-ku.
kemudian....aku merasakan nya.
setiap organ tubuh-ku.
menyatu dengan setiap bayang nya.
ku coba lepaskan....namun....tetap terperangkap.
dia memenuhi otak ku.
dan seakan berkata "kita akan seperti ini untuk selamanya".

aku....hanya terjebak.
tak mampu bertahan.....tak mampu melawan.
terkurung.....menunggu....sampai dia kembali,
dan menggenggam tangan ku, untuk yang terakhir kali.